Gudang Peluru Itu Meledak Lagi

Tempo 36/XIV 03 November 1984. Gudang amunisi milik marinir di Cilandak meledak dan terbakar. Banyak peluru nyasar ke beberapa tempat hingga banyak jatuh korban. Ratusan penduduk disekitarnya mengungsi.DUNIA dalam Berita TVRI masih berlangsung, ketika terdengar ledakan. Maka, kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, bak diguncang gempa besar. Seperti tak bisa dipercaya, gudang peluru milik Marinir Angkatan Laut di pinggir Jalan Cilandak KKO meledak, Senin malam pekan ini ketika penyiar TV, Idrus dan Pungky Runkat masih menyiarkan peristiwa-peristiwa dunia. Menurut informasi yang diperoleh TEMPO, di kompleks Marinir itu ada enam gudang peluru. Koleksinya, jangan ditanya. Berjenis-jemis bom, peluru, ranjau, granat. Misalnya, ada sejumlah ranjau untuk tank. Lalu peluru-peluru roket berjarak tembak 15 km. Bila peluru ini meledak, menurut sumber TEMPO, seorang anak yang berada 100 meter dari ledakan akan muntah darah jantungnya tergetar. Kemudian ada howitzer 140 mm, ada peluru-peluru meriam antitank. Juga di situ disimpan bahan peledak TNT dalam pak-pak lima pon. “Pokoknya, peluru-peluru dalam gudang itu setidaknya sebesar ini,” kata seorang anggota Marinir yang baru saja mengungsikan keluarganya ke kawasan Pasar Minggu, sekitar 4 km dari pusat ledakan, sambil menangkupkan kesepuluh jari tangannya ke paha.

Memang, musibah ini tak sedahsyat film The Day After, tentang ledakan bom nuklir. Tapi dalam radius 2 km dari gudang yang meledak, kaca-kaca rumah habis rontok. Rumah Sakit Fatmawati, sekitar 2,5 km dari pusat bencana, panik. Tak hanya kaca jendela kamar-kamar pecah, langit-langit eternit banyak yang copot, lampu lampu neon jatuh pecah. Tak lama setelah terdengar ledakan pertama sebuah peluru nyasar ke bangunan rumah sakit bagian belakang. Peluru tak meledak, tapi terjadi kebakaran kecil yang bisa dipadamkan.

Tak ada korban.

Tapi peluru nyasar justru menyelamatkan penghuni RS Fatmawati. Menurut seorang suster, ledakan pertama terdengar sekitar pukul 20.00. Tapi belum besar, mirip ledakan mercon bila orang Betawi punya hajat. Kemudian disusul ledakan-ledakan yang makin keras. Lalu ada instruksi agar para suster menenangkan pasien. Seluruh penghuni rumah sakit itu pun lalu berdoa. Tapi setelah ada peluru nyasar dan terjadi kebakaran itu, kepanikan tak bisa dibendung. Apalagi setelah ledakan terdengar makin seru, dan bangunan rumah sakit terasa tergetar, pengungsian pun segera dilakukan.

Sekitar 370 pasien diungsikan ke berbagai tempat: RS Pertamina, RS Yayasan Jakarta, ke Apotek Retno, Gereja HKBP, Balai Rakyat masjid – yang berlokasi agak jauh dari gudang mesiu itu. Sekitar pukul 00.30, Selasa, pengungsian usai. Di halaman RS Fatmawati masih tampak berceceran ranjang-ranjang pasien. Sejumlah petugas keamanan berjaga-jaga.Dua pasien meninggal. “Mungkin kena serangan jantung,” ujar seorang suster. Dankarena panik 35 bayi dapat diungsikan, tapi tanda pengenal bayi tak sempat dipasang. “Wah, bisa tertukar orangtua bayi-bayi itu nanti,” kata seorang perawat tak berdaya.

Untunglah, setelah semua pasien diungsikan, baru sebuah peluru menghajar Asrama Putri II. Peluru itu menembus tembok, tembok pun hancur. Sebuah pesawat televisi masih tampak utuh terjepit reruntuhan tembok.Dan penduduk? Mirip di zaman perang, di tengah bunyi ledakan-ledakan, di tengah desing peluru, penduduk kawasan Cilandak mencoba mengungsi menjauhi sumber bencana. Di sisi timur, penduduk lari ke arah Pasar Minggu. Dibuka pos darurat: di Stasiun Pasar Mingu, di masjid sekitar kawasan itu, di sebuah SD di utara pertigaan Jalan Pasar Minggu dan Kalibata.

Di Jalan Warung Buncit, rombongan pengungsi, anak-anak, orang tua, berjalan bergegas muncul dari jalur jalan menuju selatan di perempatan Warung Buncit dan Duren Tiga.Bahkan di daerah Condet, yang terpisah oleh Sungai Ciliwung dari kawasan Pasar Minggu, banyak penduduk yang mengungsi. Peluru ternyata nyasar sampai ke Condet, sekitar 7 km dari Cilandak. “Kayak ada gunung meletus, jalanan penuh orang mengungsi,” kata seorang anggota Hansip dari Kelurahan Bale Kambang, Condet. Para pengungsi banyak memenuhi masjid.

Di Jalan Panglima Polim sampai ke Jalan Thamrin, mobil-mobil melaju dari selatan. Tampaknya, mobil para pengungsi – hampir tiap mobil penuh penumpang. Dan bau mesiu samar-samar masih tercium dari depan Hotel Indonesia.Di Kompleks Marinir AL, Cilandak, itu sendiri, menurut beberapa sumber yang dihubungi TEMPO, suasana bak medan perang. Sekitar pukul 21.30 empat mobil pemadam kebakaran sudah berada di lokasi gudang peluru. “Tapi begitu kami akan meyemprotkan air ke arah kebakaran,” tutur Sanwani, 29, salah seorang petugas pemadam kebakaran, “Terdengar rentetan letusan seperti senapan mesin.” Maka, semua orang di lingungan itu berhamburan. Juga para anggota Marinir (di kompleks itu ditempatkan enam batalyon), yang pada saat itu sudah berpakaian lengkap, beransel, dan bersenjata, ikut menghambur. Mungkin mereka sebenarnya sedang bersiap untuk latihan. Dua hari sebelum terjadi bencana, di kompleks itu memang ada latihan.

Mobil-mobil pemadam kebakaran langsung berbalik arah, menjauhi tempat kebakaran. “Tapi sebuah mobil kami tertinggal, karena semua panik,” kata Sanwani.Sementara itu, para Marinir menyelamatkan tank dan panser. Kendaraan perang itu menjauhi tempat kebakaran, masing-masing memilih jalan sendiri. Di tengah jalan kendaraan itu sempat memunguti para pengungsi pejalan kaki.

Dari laporan radio 2 meter pada gelombang 144.810 KH diketahui bahwa Pangab Jenderal L.B. Moerdani, Pangdam V Jaya Mayor Jenderal Try Sutrisno, Kapolri Jenderal Anton Sudjarwo, dan Kapolda Metro Jaya Mayjen Soedarmadji meninjau langsung ke sekitar lokasi. Hingga pukul 10 Selasa pagi, jumlah korban belum diketahui. Tapi wartawan TEMPO sempat melihat sebuah roket antitank menghantam pohon di Gang Haji Ipin, Cilandak, dan memantul menghantam rumah. Seorang kakek, seorang wanita, dan empat anak-anak dan remaja langsung tewas. Kepala terlepas, kaki terpotong, tanga hancur. Konon, keenam orang itu berlindung di rumah itu mengungsi.

Di RS Pertamina tercatat korban luka-luka dan dua orang mati. Di RSCM 11 luka-luka enam meninggal. Salah seorang korban tercatat sebagai staf Sekjen Departemen Pertanian bernama Muchlis Darisan. Muchlis, dan sejumlah karyawan Deptan, sedianya akan mengikuti Penataran Informasi Data sampai Rabu pekan ini di Wisma Tani Pasar Mimggu.Dan menurut laporan yang diterima di Pusat Komando dan Pengendalian Operasional Polda Metro Jaya, sebuah peluru roket jatuh di Curuk, Tangerang. Dua orang dikabarkan tewas.

Di Pusat ini petugas operator tampak sangat sibuk menerima laporan telepon. Dilaporkan, sebuah peluru roket pun jatuh di kawasan Perumnas Depok I. Tak jelas jatuh korban atau tidak. Diterima pula laporan, di dirumah Tony Koeswoyo salah seorang dari Koes Plus, sebuah kepala peluru menembus garasi mobil. Bahkan persis di belakang gedung yang sehari-hari untuk melayani STNK, di Polda Metro Jaya, sebuah peluru roket amblas ke dalam tanah, kira-kira pukul 23.00.Ini bukan ledakan pertama kali yang pernah terjadi. Juli lalu, di gudang peluru Marinir AL ini juga terjadi kecelakaan. Tapi waktu itu ledakan tak begitu besar. “Saat itu yang meledak hanyalah gudang peluru bekas,” kata Gubernur Soeprapto, yang juga memnjau ke Cilandak. Menurut Sulaeman, seorang sopir taksi yang suka mangkal di Cilandak, ledakan Juli hanya berlangsung sekitar dua jam, lalu aman.

Ada informasi, konon peluru-peluru di gudang itu disimpan dengan ujungnya mengarah ke timur. Artinya, bila peluru itu meluncur, kebanyakan akan terbang ke arah Pasar Minggu.Ada benarnya, frekuensi peluru yang mendesing ke arah timur, menurut wartawan TEMPO yang mereportase musibah ini memang terasa lebih banyak. Di Kelurahan Bale Kambang, Condet, sebuah kepala peluru menghunjam ke halaman rumah penduduk di tebing Sungai Ciliwung. Yang bikin panik, ketika kepala peluru pun jatuh di daerah yang lebih jauh, di kompleks perumahan Kopassandha, Cijantung I dan II. Soalnya, di antara dua kompleks ini pun ada gudang peluru. Seandainya sebuah kepala peluru nyasar menghantam gudang, kemungkinan besar gudang itu pun akan meledak. Untunglah, lima kepala peluru yang jatuh di sekitar kompleks, menurut wartawan TEMPO yang kebetulan berada di situ, tak menghantam gudang. Tapi seorang penduduk, kabarnya tewas kena peluru nyasar.

Tapi sebagian besar penghuni kompleks sempat mengungsikan diri. Baru menjelang pagi mereka kembali.Sebenarnya, gudang itu sudah tak lagi memenuhi persyaratan lokasi. Sebelum kawasan Cilandak dijadikan permukiman, lokasi gudang itu memang berada di luar kota. Tapi kini, ketika di Pondok Labu, misalnya, dibangun perumahan karyawan Direktorat Pembangunan Masyarakat Desa, dan sejumlah kompleks permukiman lain pun berdiri, boleh dikatakan bahwa gudang itu bercokol di tengah kota.

Maka, kata pelukis angkatan 1930-an, Agus Djaya Soeminta, “Ketika terjadi ledakan Juli lalu, seharusnya sudah jadi perhatian gudang itu mestinya dipindahkan.” Pelukis itu memang tinggal di seberang kompleks Marinir. Ia sempat mengungsi, tapi terpisah dengan anak dan istrinya.Sampai pukul 07.00 WIB Selasa pagi, ledakan-ledakan masih terdengar. Dari Kampung Pulo, Pondok Labu, sekitar 500 meter dari pusat ledakan, tampak reruntuhan gedung milik Marinir AL itu. Sementara itu, Kampung Pulo sendiri porak-peranda. Kampung itu hanya dipisahkan sebuah ngarai dari gedung peluru itu. Dari kampung itu masih terlihat asap hitam mengepul sesekali disertai bunyi ledakan dan kilatan cahaya api.

Hingga Selasa pagi belum ada penjelasan resmi sebab musabab kebakaran. Ada yang mengatakan, karena dua hari sebelum terjadi ledakan, di kawasan Cilandak suhu memang lebih panas dari biasanya. Soal suhu yang naik ini pula, menurut penjelasan Pemda DKI, yang menyebabkan ledakan Juli lalu.Tapi mestinya di gudang itu sistem pengaman sudah diterapkan. “Saya tak habis pikir mengapa gudang itu bisa meledak,” kata seorang anggota Marinir yang mengungsi ke daerah Pasar Minggu.

Sekitar pukul 08.00 ada pengumuman agar kawasan Cilandak harap dikosongkan. Tak jelas sampai radius berapa kilometer. Ada dugaan, akan terjadi ledakan besar di siang harinya, ledakan dari peluru-peluru besar. Menurut laporan yang diterima di Pusat Komando Polda Metro Jaya, masih ada sekitar 20 peluru besar belum meledak. Tapi pukul 14.00, Pusat Komando dan Pengendalian Operasi Polda Metro Jaya mendapat informasi baru, keadaan sudah aman. Amunisi yang bisa meledak di gudang tersebut dinyatakan sudah habis.

Peristiwa ini terjadl menjelang HUT Marinir ke-39, 15 November nanti. Dan sebenarnya Selasa pagi pekan ini akan diadakan khitanan massal yang terpaksa dibatalkan.Hingga hari Selasa, masih banyak mereka yang bingung mencari sanak keluarganya. Di Pasar Minggu pelawak Srimulat, Gepeng, mondar-mandir dengan mobilnya. “Saya nencari keluarga istri saya yang tinggal di Pejaten, entah mereka mengungsi ke mana,” katanya. Sekali ini ia tak melawak.

Sumber : Arsip Majalah Tempo Online

25 Comments

  1. terima kasih boss.. membuka memori gw lagi. Gw tinggal di dapsus, sekitar 2 kilo dari gudang peluru. Waktu itu kelas 6 sd atw 1 smp (lupa gw). Benar boss, suasananya seperti perang. Ledakan pertama sore hari dan sepanjang malam langit cilandak merah terang. Kadang ledakan besar bisa menjadikan suasana seperti siang. Terang dan panas. Alhamdulillah, keluarga gw selamat sehat semua. Hanya kaca2 rumah dan eternit pada rubuh, dan plafon salah satu sudut rumah gw nyaris runtuh.. Besar sekali ledakan2 waktu itu. Tekanan anginnyapun terasa di seluruh ruang.. Dahsyat.. Terima kasih berita ini.. Memori hidup gw :)

  2. susah juga cari info detail berita ini diinternet karena kurang terdokumentasi dan orang jakarta jaman dulu aja yang tau…, dulu rumah gw di pangkalan jati baru… cukup banyak bom yang mampir kesana, kita pun kabur kedaerah depok nginep dulu di mesjid daerah gandul, syukur kita semua selamat… padahal kalo diingat2 masih merinding… ga kebayang kalo jakarta tahun 84 udah seramai sekarang, bisa puluhan korban… seram….!!!

  3. wah, peristiwa ini jadi salah satu patokan orang tua saya klo cerita masa-masa saya masih jadi jabang bayi…….kata orang tua saya, ledakannya kedengaran sampai ke rumah kami di pondok ranji (daerah ciputat)

  4. mantap bos info nya..
    gw tinggal di kp.kandang jagakarsa, ga jauh dari komp.marinir.. usia gw dulu baru 5 taun.. tp gw masih inget gmn parahnya itu.. sampe ragunan juga porak poranda

  5. Iseng2 cari berita jadul ketemu ini.

    Gw juga ngalami,walau masih umur 4 thn blm ngerti apa2 tapi kepanikan luar biasa. lampu padam. peluru dan roket sliweran diatas rumah. semua mengungsi dimesjid. gw cuma bisa bertanya2 sama bapak. ngapain kita di sini? “cilandak meledak”

    waktu itu gw tinggal di komplek IIP. apa masih ada skr ya??

  6. laporan dari kampung pulo. rumahku tinggal setengah tinggi temboknya,atap hancur. padahal baru dibangun. masih ada 2 peluru nyasar belum meledak di dalam rumah. Alhamdullillah tidak ada korban jiwa. sumbangan dari ABRI dapet indomie, telor, beras, seng, batu bata. ampun deh kalo sekarang dah padat penduduk

  7. Laoran dari tj. Barat…

    Gw masih ingat betul waktu itu umur gw masih 4 tahun…tapi gw dah ingat waktu itu gw bersama warga disekitar pada ngungsi ke kali, menghindari peluru-peluru yang nyasar……

    rame sekali waktu itu, kayak ada perang beneran….anak-anak pada nangis, emak-emak pada teriak-teriak “Allahuakbar”
    yang pada lari-larian, yang pada bawa bekel, semua orang takut dan panik….

    liat ke langit, peluru-peluru pada berseliweran, terang kayak komet bebuntut….

    kalo inget itu, gw serasa hidup di zaman penjajahan….

  8. Laporan dari Cipete. Inget banget peristiwa “marinir”. Sore sebelum kejadian baru aja beli sepeda baru & malamnya satu kompleks ngungsi karena amunisinya berseliweran. Benar-benar mencekam, apalagi desing suara amunisinya…lima rumah rusak karena diterabas peluru & ada roketnya yang tertinggal di kandang ayam. Thanks infonya jadi inget ke masa lalu…

  9. 2 x meledak..yg pertama liat N yg ke 2 kabur….campur aduk deh perasaan…apalagi w gk tau keluarga w pada kmn.w msh kls 4 SD N w pikir pelurunya kaya peluru pistol2an gk taunya????segede gaban…4 org yg ngangkat….mending perang diincer iniiiii gk jelas rudalnya pd kemana.oia msh ada tuh 10 mtr dari rumah w…tnx to info….

  10. dulu rumah ku di gintung (rempoa, ciputat), aku masih jabang bayi 6 bulan, kata mom parah banget pada kocar-kacir, sempet ngungsi ke bale desa, ke mesjid, eh ada peluru segede gaban nyangsang di pohon deket mesjid akhirnya sekeluarga pada ngungsi ke cianjur terpisah sama ayahku yang masih di rumah, pake mobil orang main embat aja, coz mobil ayah juga ga tau dimana dipake ma sapa ga jelas, pokoknya kacau dah. sepanjang jalan di parung orang pada jalan ngungsi nggendong kasur (kok kasur ya bukan TV gitu..) cuma pada bawa baju di badan doang, mana kakakku masih 4 tahun.. untungnya semua keluargaku selamet,, mudah2an gak ada kejadian lagi yang kayak gitu… laporan selesai

  11. Thanks for info…

    Sebelumnya nyokapku cerita kejadian ini terjadi waktu nyokap hamil tua aq di kandungan, waktu itu kami tinggal di daerah Pasar Induk,Kramat Jati. Dan ledakan itu sampai jg ke daerah rumah kami,,tp Puji Tuhan kami sekeluarga selamat..cm trauma masih membekas di ingatan orangtuaku, betapa saat itu hanya tinggal pasrah dan berdoa yg bs dilakukan mengingat keadaan seperti perang dunia.

    Note : Pemerintah agar lebih sensitif dgn hal2 spt ini yg melibatkan hajat hidup org byk, sdh tau sebelumnya ada kejadian seharusnya lebih aware, salam kompak.

  12. waktu itu gw ingetnya ngumpet dibawah kolong tempat tidur…ampe ketiduran karena disuruh ama nyokap gw untuk ngumpet..

  13. Kalo inget peristiwa ini, gue inget waktu itu gue lagi tidur, terus dibangunin katanya ada kebakaran pom bensin di daerah jl. benda deket kuburan. soalnya waktu itu gue tinggall di kemang. pas diparanin ternyata bukan pom bensin yang kebakar, ternyata gudang peluru cilandak yang lagi kebakaran, dibarengin sama roket yang meluncur gak tau arah. malam itu juga gue ngungsi ka daerah cileduk. waktu itu gue masih smp kelas 3. banyak kaca2 rumah yang pada retak. padahal jarak cilandak kemang tempat tinggal gue lumayan jauh juga.alhamdullilah semua keluarga gue selamat. semoga gak terulang lagi kejadin seperti ini.

    1. ada juga artikel nye… nyari kaga nemu²…. untinya seh w lom lahir … tapi ada kaka w yang masih orok dibawa²… Ngunginya kaga tanggung² ke Garut sambil refreshing kali yaks … sayang kaga ada foto or video terkait *_*

  14. Gw tinggal persis di seblh lapangan tembak marinir,hanya terilsah oleh lapangan tembak dan kali kerukut saja,rumah gw hancur dan byk disekitar yang terbakar,keluarga gw ngusi semua terpisah ,gw sm kk,adk pisah 2 adk masih kecil juga orang tua terpisah,Bp. masih tinggal disana hanya berlindung di bawah tembok batu kali,waktu itu gw kls 1 smp,kayak perang beneran tuh.

  15. pernah tinggal di cilandak barat, terasa juga dentumannya di masa itu, bunyi letusan terdengar selalu, rumah tetangga depan rumah rolling door garasinya ringsek, koran Kompas memfoto mortir seperti rudal mendarat di bangku teras rumah seorang warga

  16. Dalam peristiwa in saya lahir ke dunia entah jam berapa, tapi Om saya mengatakan kamu lahir tepat Gudang Peluru Cilandak meledak 30 Oktober 1984 yang bertepatan juga dengan hari selasa tambahnya.

  17. yang parah yang ke dua tgl 26/27 september 2004.. yg pertama skitar Juni 2004 masih bisa jadi tontonan. Ane tinggal di ciganjur, sekitar 4 km ke arah selatan cilandak..
    sampe sekarang, yap sampe sekarang ane masih trauma tiap kali denger rentetan suara petasan, spontan liat ke langit arah ke utara, apakah langitnya merah atau ngga? kalo merah berarti kejadian lagi :(.. ane saat itu ngungsi ke depok..
    detail kejadian itu ngga pernah terungkap secara Marinir kan pasukan elite AL, yg pasti setelah kejadian Pangab Jend Murdani dan Pangdam Jaya MAyjen Try Sutrisno langsung menuju ke lokasi dan stelah itu ga ada berita lagi..
    efek dari peristiwa yang kedua ini berdirilah Masjid Jannatin dan Gereja di cilandak ..

    dan yang pasti peristiwa itu lebih parah dari perang, kalo perang pelurunya itu diarahkan .. kalo ini , suka2 pelurunya aja

    Nur Abd
    sta juga bang

  18. alhamdulillah saya dan keluarga selamat, saya tinggal di pondok labu persis di pertigaan ddn dekat sma 34 dan smp 85, kejadian waktu itu sekitan malam selasa jam tujuh, orang orang pada lari ke arah pangkalan jati, gandul, cinere dan lebak bulus (dulu kampung kapuk namanya-red),, sy dan orang tua dan yang lain lari ke arah pangkalan jati melewati komplek ddn II pondok labu… masya allah kalo inget itu ngeri,, dulu usia saya masih remaja sekolah,, mudah mudah han kita semua terlindung dari musibah semacam itu, aminn,, dan tks alot untuk posting nya.. it’s open my flash back memory.. :)

  19. Wow…inget banget gw masih tinggal di komplek Marinir & waktu itu kelas 6 SD. Sekitar jam 21:00 tiba-tiba ada orang berlarian di depan rumah dan teriak gudang peluru meledak…gudang peluru meledak!! Nggak berapa lama kedengeran suara glegarrrrrr. Orang-orang di komplek langsung pada keluar rumah, langit keliatan merah jingga. Nyokap yang waktu itu lagi jadi single parent, karena bokap sedang ditugasin ke timor timur. Sambil lari-lari kecil nyokap mengandeng 4 anak ke jalan raya cari angkot, kebetulan angkot ke arah pondok labu, langsung dicharter minta dianter ke rumah saudara ke depok. Peluru terdengar berdesingan, pokoknya saat itu antara takut, cemas, kuatir.

  20. kalo sy masih kelas 3 sd di pejaten timur. ada beberapa rudal yang jatuh di kali ciliwung dekat rumah sy . ada yg meledak ada yg tidak . sy msh ingat melihat ibu saya berjalan ke telepon umum diantara asap2 rudal tsb. suasana seperti di medan perang . kami mengungsi sekeluarga ke rumah kakek di salemba sekitar jam 11 malam

  21. Kejadian ini masih di memory . dan Saya. selalu ingat terus mas
    Saya tinggal di lapangan tembak persis
    waktu sya masih SMP klas2 dan bapak saya kebetulan lagi tugas di timor timur. saat asyk nonton TV skitar jam 8 malem tiba2x terdengar suara ramai dari luar . ternyata seorang tetangga marinir (Pa edi ) yg kebetulan saat bertugas jaga meminta semua warga mengungsi jauh. karena gudang peluru yg ke 2 meledak.
    di luar dugaan dan terheran. karena selang sebulan yg lalu gudang pertama sudah meledak, kok sekarang gudang yang ke 2 meledak juga , apa tidak ada prevent nya?.( seorang marinir pernah berpesan jika gudang peluru ke2 juga meledak bisa habis cilandak!) . kenyataan terjadi juda akhirnya.
    semua warga berhamburan keluar dan masih pada tidak percaya. Saya dan beberapa orang kelapangan untuk melihat lebih dekat. waktu itu hanya terlihat warna merah dari kejauhan dan beberapa bunyi seperti petasan, ketika suara ledakan keras berdentum kami semua besorak , seolah olah hanya di area gudang itu saja,karena cahayanya tierlihat cantik.
    ketika dentuman ke 2 makin keras di iringi roket yg terbang dan langit memerah baru kami semua panik berpencaran.
    Abangku menyelmatkan vespa dan memasukan ke kolong jembatan rumah, TV di taroh di kolong tempat tidur. Kami dan tetangga yg tak sempat ngungsi jauh terpaksa ngumpet di lereng depan rumah pas di bawah warung..
    gak terbayang deh waktu itu.!! roket, howitzer, mortir, TNT dll pada berhamburan di sekitar itu. ketikat dentuman keras maka tampak langit berwarna merah , seperti cendana BOM nuklir di hirosima
    sekitar jam 1 malem rumah yg punya warung terbakar ,tepat di belakang kami .lalu kami ngungsi ke sawah berlindung di bawah pagar kawat milik PDAM. seorang Bapak jari tangannya terhantam pecahan peluru dan lukanya cukup serius.
    menjelang subuh suara ledakan berkurang. kami keluar dengan tetap waspada. . Saya liahat ada beberapa kue donat yg tumpah di dekat rumah yg terbakar. Saya cari pemiliknya untuk meminta tapi tidak tampak di situ . terpaksa Saya dan beberapa warga rebutan untuk mengambilnya.
    Saat perjalannan kembali ke rumah tampak segala bentuk jenis peluru berceceran di jalan, ada yg sudah pecahan ada juga yang masih utuh. . dan kami sempat kaget ketika ada beberapa peluru yg meledak di jalan ( mungkin masih panas )
    Kemudian kami masuk ke rumah bedeng di komplek tempat Saya tinggal. di rumah bedeng ini tampak porak poranda. tidak ada satu kacapun yg utuh , enternit jebol semua. dari ujung ke ujung tembok triplek terlihat bolong jadi bisa terlihat antar ruangan tetangga…
    skitar jam 10 siang kami baru bisa pergi mengungsi ke cinere. karena masih terdengan suara ledakan kecil di iringi dentuman..

    mudah2x cerita sya ni hanya sebatas penyegaran kembali untuk tukar pengalaman dengan yang lain. dan semoga tidak terulang kembali kejadian seperti ini.

      1. Meledaknya gudang marinir cilandak tahun 2008 yang lalu saat itu saya bekerja di PDAM Instalasi Cilandak dan baru pulang kuliah di STIA LAN RI Pejompongan. Pagar kawat PDAM memang langsung berdampingan dengan kompleks marinir cilandak. sebelah utara.
        Waktu itu kira-kira pukul 10 malam terdengar ledakan besar dan langit di sebelah selatan tepat di komplek marinir menjadi merah. Kami para karyawan yang saat itu bertugas sebagai operator pengolahan air bersih milik PDAM langsung berhamburan sembunyi di tembok ruang reservoar air bersih. Ini adalah ledakan yang kedua setelah beberapa hari yang lalupun gudang ini sempat meledak tapi tidak sebesar hari ini.
        Awalnya kami Ingin masuk ke ruangan itu tapi takut kalau tiba-tiba roket nyasar dan menghamtam bangunan tersebut. Bisa dibayangkan apa jadinya jika reservoar tempat penampungan itu jebol saat kami sembunyai di dalamnya. Akhirnya kami sepakat untuk sembunyai di luar saja tapi menempel dinding resoervoar. Tiba-tiba terdengar suara Wir….wir…. wir…. diselengi dentuman di depan kami, jatuh peluru besar seukuran setengah meter dan mempunyai bersirip dibagian belakangnya. Kami terkesiap berteriak menyebut asma allah, Ya allah jika kami harus mati saat itu, ampunilah dosa-dosa kami. tapi alhamdulillah peluru itu tidak ada yang meledak hanya menghujam tanah sedalam 30 meter. sementara terdengar
        Beberapa peluru nyasar terlempar disekitar kami sembunyi hantaman peluru lainnya mengenai tiang besi bangunan instalasi yang berakibat pilar seukuran 20 cm melengkung.
        Saya dan teman-teman terus bertahan hingga sampai lebih kurang pukul 2 malam menunggu sampai suasana dirasa aman dan tidak berani tidur di mess karyawan memilih teap di ruang reservoir.
        Besoknya pun tidak mengungsi karena merasa bertanggungjawab terhadap pekerjaan kami.
        Wah kalo inget masa itu saya hanya berucap syukur alhamdulillah bahwa sampai saat ini di usia yang sekarang ini Allah Swt masih berikan kesehatan. Amin.

Leave a reply to hambali Cancel reply